Tatapan penat
menyapaku
Ribuan partikel
lelah menyambutku
Di balik pintu
yang sarat debu pilu
Dan seutas
senyuman amarah menungguku
Mata
mengembara tanpa arah
Tubuhku
terseret kaku
Pikiran
dan hati pun bimbang lalu ikut hilang
Ke
awang tanpa angan
Ah,
tak tahu lah
Kau
mungkin gila kawan
Kau
mungkin murka teman
Atau
kau mungkin akan tiada
Hanya,
tak bisa jiwaku ke sana
dia,
lambaikan harapan
dia,
ulurkan kedamaian
Dan
dia, tawarkan nyaman
Telingaku
tak menolak
Ragaku
mengajak merangkak
Dan
aku, hanya menunggu jawab