... kreativitas hanya sebatas mimpi yang terbatas jika tak lekas diwujudkan dalam nyata yang jelas ...

Thursday 15 November 2012

Melelap dalam mimpi


Bias titik hitam terpendar dari hangatnya sinar
Semua lari sembunyi
Menghitam lalu lenyap
Semua mua lagi kembali
Mengheran ...
Apa yang terjadi
Kemudian ...
Gagak dan elang bekerja sama memulangkan jiwa
Tergopoh mencapai ku
Jatuh memukul tanah
Lalu bangun menampar
Aku sadar pada mimpi
Dunia warna mulai luntur
Dan menyendu haru di langit biru
Aku lelah
Aku melelap tak mau sadar
Karena mimpi memanusiakan hati
Lalu bergumul aku dengan diriku
Sudahlah ....
Aku lelah ...
Aku ... hanya ingin melelap ...

Lebih dari ketika


Sedih adalah ketika pelangi ingkar pada hujan
Sepi adalah ketika suara hati mengeras dalam gelap
Perih adalah ketika mimpi bersua asa
Sendu adalah ketika darah tak lagi memerah
Kecewa adalah ketika mata bersaksi pada nyata
Duka adalah ketika embun tak bersua mentari pada pagi
Sakit adalah ketika rasa mencinta raga berpunya

Pelangi


Berdiri di hadapan embun
Menatap tajam seolah semua tak lagi hidup
Titik kecil di waktu paling di nanti dan di benci
Ketika matahari bergerak berisyarat untuk lari atau mati
Aku terpatung pagi yang sama di sini
Jeritan nuri dan alunan syahdu gagak mengiringi semua udara
Lalu berpaling dari embun yang tetap diam diujung daun
Aku menantang langit dengan tangis dan sujud
Semua arah turut mematung seolah mendukung
Namun hujan tak sudi membuntuti aku
Kaki melekat bumi hingga tulang ikut mati
Apa aku mati?
Embun menetes di bumi
Dan hujan mulai menapaki semua nyawa disini
Aku tetap terpatung oleh langit yang menghitam
menanti pelangi ku datang
membawa ku pulang ke rumah
rumah yang tak lagi bernama surga
lalu hujan pulang entah kemana
pelangi ku tak datang
pelangi ku lari hilang …