... kreativitas hanya sebatas mimpi yang terbatas jika tak lekas diwujudkan dalam nyata yang jelas ...

Tuesday 16 August 2011

Cintaku Dulu


Senin, 1 November 2010

Terkadang, seorang dapat melakukan hal-hal diluar kebiasaan dan kendalinya untuk medapatkan sesuatu yang  sangat kecil kemungkinannya untuk bisa diraih.


“Semoga dia menyukainya,…” bisik Oliv dalam hati.


***


Baru pukul 06.20 WIB, masih sangat pagi. Tapi Oliv selalu datang lebih awal ke sekolah untuk bisa bertemu atau sekadar bertatap muka dengan Andi, her lovely boy.

Bahkan pagi ini pun, dia rela menyempatkan diri membuat sekotak agar-agar manis untuk Andi yang diletakkannya di ruang UKS, tempat yang selalu dituju Andi sebelum mengikuti pelajaran sekolah.

Dengan tergesa Oliv meninggalkan ruang UKS dan memastikan tidak seorang pun yang melihatnya dari ruang UKS.

Oliv sudah berada didalam kelasnya.
Andi sampai dihalaman parkir sekolah dan segera menuju ruang UKS setelah memarkirkan sepeda motornya. Sesampainya di ruang UKS, dia kaget dengan adanya sebuah kotak makan dengan penutup bergambar beruang timbul dan sepucuk kertas diatas meja yang bertuliskan;

“Untuk Kak Andi, aku harap kau menyukainya dan berkenan menikmati.”

Andi sudah bisa menebak siapa pengirim misterius yang memberinya sekotak agar-agar dipagi itu meskipun tak ada nama pengirim di lembar kertas yang telah dibacanya.

“Hmmmmm…” hanya itu yang keluar dari mulut Andi. Entah suka atau bosan atau mulai jenuh.
Andi melipat kertas pesan dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada didepan ruang UKS sebelum dia menuju ruang kelasnya.


****


Waktu istirahat sekolah. Oliv berlari ke ruang UKS; memastikan pemberiannya diterima oleh orang yang tepat.

“Syukurlah,” ucap Oliv dalam hati.

Oliv tidak segera kembali ke kelas. Dia beranjak ke kelas Andi, hanya sekedar ingin melihatnya sedikit lebih dekat ataumungkin bertegur sapa.

“Hai, Kak. Mau kemana?” sapa Oliv ramah.

“Ni mau ke ruang OSIS sama Ratna. Kenapa? Ada perlu?” jawab Andi dengan nada datar.

“Owh. Nggak apa-apa, Kak. Cuma mau ngobrol ajah.” Sahut Oliv masih tetap dengan ramah.

“Sory, ya. Udah ditunggu sama anak-anak niyh.” Jawab Andi masih dengan nada yang sangat datar dan segera berlalu tanpa sempat menghiraukan Oliv.

“Iya, Kak. Nggak apa-apa. Silahkan” bisik Oliv hampir tak terdengar. Oliv hanya tersenyum pahit didepan kelas XI-A8.

Candra yang melihat Oliv didepan kelasnya langsung menghampiri Oliv yang masih berdiri terpaku.

“Nyari Andi lagi, Liv?” Tanya Candra sedikit membuat Oliv kaget.

“Ah, nggak juga. Nyari kamu, Ndra. Pengen ngobrol-ngobrol.” Jawabnya sedikit terbata.

“Soal Andi?”

“Ehh? .. Nggak kok, …”

“Sini deh, Liv, gue bilangin yah. Andi itu pernah bilang ke gue dan nunjuk salah satu cewek yang ada disekolah ini yang sesuai ama kriteria cewek impian dia. Itu tuh, si Delia. Anak IPA 4. Lu tau kan?” terang Candra blak-blakkan pada Oliv tanpa dikomando.

“Owh, gitu ya??” Oliv memasang wajah pura-pura bego.

“Makanya, elu kagak usah deketin si kutu kupret ntu. Tu anak kagak cocok dan kagak baek buat elo. Itu saran gue. Key?”

“Gitu yah? Aku coba, Ndra. Makash ya.”

Raut wajah Oliv terlihat sangat kecewa dan sedih. Dia berjalan kembali ke kelasnya dengan perasaan yang sangat kacau.

“Ternyata memang sia-sia… Ya, semuanya…” itulah kata hatinya.

Selama ini…

***


“Putri, titip ini buat Andi yah?”

“Apa niyh, Liv?”

“Ada deh. Rahasia tauk. Pokoknya langsung kasihkan ke Andi ya? Makasih.”

Putri kebingungan menerima sebuah amplop kecil dari Oliv yang harus dia berikan pada Andi.

Di ruang UKS. Putri menyerahkan titipan Oliv pada Andi yang baru saja dating..

“Niyh, dari Oliv.” Putri menyerahkan amplop kecil yang baru saja dia terima dari Oliv.

“Apaan niyh, Put?” Tanya Andi keheranan.

“Meneketehek. Wong katanya rahasia kok. Ya nggak gue bukak lah.”

Andi membuka amplop kecil dari Putri. Isinya sebuah permen dan secarik kertas memo yang bertuliskan;

“Aku pengen, sekali ajah bisa belajar kelompok bareng Kak Andi. Boleh nggak?”

Andi melipat kembali kertas yang dibacanya dan memberikan permen yang ada bersama dengan kertas dalam amplop kepada Putri.

“Niyh Put, permen buat Loe.”

“Wah! Thanks ya!!”

Andi melemparkan amplop kecil itu ke dalam tong sampah didepan raugn UKS..


***


“Din, ntar kamu pulangnya ke parkiran dulu kan? Boleh nitip sesuatu nggak???”

“Iyah. Mau nitip apa, Liv?”

“Niyh.” Oliv menyerahkan selembar tisu yang berisi tulisan pada Dinda.

“Tisu?” Tanya Dinda keheranan.

“Hu uhm. Tolong kasihkan ke Andi yah?”

“Owhhh. Ok, ok. Sip, Liv.”

Bel tanda pulang sekolah menggema. Seluruh siswa SMA N 1 Taruna segera bergegas keluar kelas. Sebagian langsung menuju gerbang sekolah dan sebagian lagi menuju tempat parkir sekolah untuk mengambil kendaraan mereka.

Di tempat parkir.

“Ndi, ada titipan niyh dari Oliv.” Dinda menyerahkan tisu yang tadi diberikan oleh Oliv dikelas saat jam pelajaran terakhir.

“Apaan niyh?” Andi sangat keheranan.

Andi membuka lipatan tisu. Terdapat sebaris kata-kata yang berbunyi;

“Senangnya hari ini bisa melihat indahnya senyummu.”

Tanpa pkir panjang, Andi langsung membuang tisu itu setelah membaca isinya.

Dinda hanya mengerutkan dahi melihat perlakuan Andi terhadap tisu titipan Oliv.


***


Hari ini ada bazaar di SMA N 1 Taruna. Dan seperti tahun sebelumnya, Oliv membeli sebuah parcel kecil untuk sang pujaan hati. Andi.

Setelah berhasil mendapatkan parcel disalah satu stan yang ada di dalam kelas, Oliv berjalan menuju ke kelas dimana stan kelas Andi berada.

“Andi dimana ya, Res?” Tanya Oliv pada Resti yang berjaga di stan.

“Nggak tahu, Liv. Kayaknya belom dateng deh! Aku dah dari tadi jam 7 disini tapii udah jam 11 gini batang idungnya nggak kelihatan juga. Emangnya kenapa, Liv?”

“Ah, nggak. Ini, Res. Cuma mau ngasihkan ini buat Andi.”

“Kamu baik banget siyh sama dia? Jangan- jangaaannn…..”

“Ah, biasa ajah. Lagian kan ini bukan yang pertama kalinya. Ya udah kalo gitu. Aku nitip parcel ini buat Andi yah? Jangan di embat lho ya…???! Hehehe”

“Oke deh!”

Tak berapa lama setelah Oliv pergi, Andi tiba di stan kelasnya.

“Andi. Ada titipan dari Oliv niyh.”

Resti menyerahkan parcel titipan Oliv pada Andi.

“Owh. Thanks ya.” Jawab Andi dengan raut muka yang begitu datar.


***

Bel tanda selesainya jam pelajaran sekolah telah berkumandang ke seluruh penjuru sekolah. Sebagian besar siswa terlihat bergegas untuk segera keluar dari area sekolah. Kecuali, …  Oliv.

Oliv termangu diteras depan kelasnya. Seperti biasa. Dia menunggu seorang. Seorang yang setiap pagi ingin disapanya. Seorang yang tiap pulang sekolah ingin ditatapnya meskipun dari jarak pandang yang cukup jauh. Seorang yang membuatnya berdoa setiap selesai bersujud pada Sang Khalik. Seorang yang selalu dan selalu dinantinya dari setahun yang lalu.

Ya. Andi.

Kelas Andi ternyata keluar paling akhir. Andi terlihat berjalan beriringan dengan teman-teman sekelasnya yang sebagian besar perempuan.

Tanpa Oliv sadari, Andi ternyata berjalan menuju ke arahnya.

“Niyh. Buat kamu. Makasih pudingnya.”

Andi menyerahkan secarik kertas memo pada Oliv dan mengembalikan kotak makanan pada si empunya; Oliv.

Andi berjalan meninggalkan Oliv; melanjutkan senda gurau dengan teman-temannya. Semakin jauh, hingga Andi hilang dari pandangan Oliv. Oliv masih diam terpaku ditempatnya.


***


Oliv sudah duduk termenung diatas tempat tidurnya. Dia mengambil kertas yang diberikan oleh Andi padanya sepulang sekolah tadi. Dia coba membaca rangkaian kata-kata yang ada dalam kertas itu dengan sangat hati-hati.

“Sorry ya. Loe tahu nggak? Seisi sekolah tuh tahu kalo elu tuh suka sama gue. Jadi tolong deh! Hentikan semua hal konyol loe yang buat gue jadi malu!”

Oliv coba untuk membacanya sekali lagi; dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Hasilnya tetap sama. Memang itulah tulisan yang ada diatas kertas. Matanya tidak berbohong.

Oliv terdiam. Seribu diam. Sunyi. Semua gelap.


***


Esok pagi, didalam kelas Andi. Ada selembar kertas diatas meja Andi. Tertulis;

TERIMAKASIH, KAK ANDI.

                        LOVE

                        OLIVIA

Andi meremas kertas itu dan melemparkannya ke dalam tong sampah didepan kelasnya.

Sejak pagi itu pula, seorang siswi bernama Olivia Kartika Dewi tak pernah terlihat lagi di sekolah.


***


Di suatu tempat, di sebuah ruangan, terbaring tenang seorang gadis yang ditemani sebuah foto disampingnya. Kritis. Di balik foto itu tertulis sebuah nama. Nama seorang yang sangat dicintai si gadis yang wajahnya dipenuhi dengan selang. ANDI RAHARDIKA.

No comments:

Post a Comment